Seorang pendaki gunung pada dasarnya menghadapi dua jenis rintangan
ketika melakukan kegiatannya. Rintangan yang pertama sifatnya ekstern,
artinya datang dari obyek yang sedang dihadapi. Obyek itu adalah gunung,
dan rintangan yang dihadapi berupa cuaca atau medan berat. Bahaya yang
ditimbulkannya disebut bahaya obyek ( objective danger ).
Rintangan jenis kedua sifatnya intern, yaitu datang dari si pendaki
gunung itu sendiri. Kalau si pendaki gunung itu tidak mempersiapkan diri
dengan baik, maka rintangan itu datang dari dirinya sendiri. Bahaya
timbul disebut bahaya subyek ( subjective danger ).
Di Indonesia, bahaya obyek bagi pendaki gunung secara umum tidak terlalu
besar. Keterjalan gunung - gunungnya relatif tak seberapa, cuacanya pun
hanya dipengaruhi oleh dua musim, musim kering dan musim hujan. Suhu
udara tidak terlalu dingin, terutama dibandingkan dengan gunung - gunung
di daerah subtropis. kalau akhir - akhir ini terlansir berita mengenai
kecelakaan di gunung, maka kesalahan banyak dilakukan oleh si pendaki,
dari banyak segi masih belum memadai. perlengkapan mendaki gunung adalah
pokok pemikiran pertama bagi setiap pendaki gunung.
Gunung dengan segala aspeknya merupakan lingkungan yang asing bagi organ
tubuh kita, lebih - lebih bagi mereka yang hidup di dataran rendah.
Itulah sebabnya mengapa kita memerlukan perlengkapan untuk menyesuaikan
diri dengan keadaan di gunung. Perlengkapan yang baik adalah salah satu
usaha untuk mengurangi bahaya di gunung, baik obyek maupun subyek.
SEPATU
Kegiatan utama dalam mendaki gunung adalah berjalan. Ini berarti
perlindungan terhadap kaki harus benar-benar diperhatikan. kaki harus
terlindung dari kemungkinan terluka karena duri atau batu yang terdapat
di sepanjang perjalanann. Sepasang sepatu yang baiklah yang akan
melindungi kaki yang gemar berjalan. Hal pertama yang harusa
diperhatikan ketika memilih sepatu untuk mendaki gunung adalah solnya.
Jangan memilih sepatu yang mudah tergelincir, misalnya karena solnya
dari kulit. Pilihlah sepatu yang solnya dari karet atau sintetis,
terutama yang memakai tumit. Sol karet dengan kembang yang besar akn
membantu kaki menunjang badan dengan baik di gunung. Di Indonesia,
sepatu tentara yang banyak di jual di pasaran merupakan pilihan yang
cukup baik untuk mendaki gunung.
RANSEL
Memang banyak cara yang bisa dipakai untuk membawa barang yang
diperlukan untuk mendaki gunung. Bagi yang sudah terbiasa, beban yang
berat bisa dipikul atau dicangking di sebelah bahu dengan tas biasa.
Tetapi bagi yang tak biasa, beban berat yang jatuh di pinggang atau
ditahan oleh sebelah bahu akan sangat menyiksa. Untuk mereka, ransel
merupakan wadah yang baik untuk barang - barang yang diperlukan di
gunung. Dengan ransel, beban akan ditahan oleh kedua bahu secara merata.
Titik berat beban itu jatuh di tulang yang kuat, yaitu tulang belakang.
Berat beban di dalam ransel akan ditahan secara sempurna oleh kedua
bahu kalau pengepakan barang - barangnya tepat. Barang yang paling berat
harus diletakkan di bagian atas. Hal ini penting dilakukan agar berat
keseluruhan beban di rasnel itu tidak jatuh di pinggang atau punggung.
Dengan berpegang pada prinsip di atas, maka fungsi ransel sebagai
pembawa beban akan tercapai dengan baik.
PAKAIAN
Pakaian dari bahan katun cukup baik untuk mendaki gunung, terutama
karena kemampuannya menyerap keringat. Sayangnya pakaian dari bahan ini
tidak mampu menjaga badan agar tetap hangat apabila basah, misalnya
dalam keringat. Karena itu, seorang pendaki gunung harus amembawa pula
pakaian cadangan secukupnya. Bahan yang paling baik untuk pakaian
mendaki gunung adalah wol. Bahan ini masih mampu menjaga kehangatan
badan kendati basah, juga cepat mengering kembali.
Kesalahan yang paling mendasar yang dilakukan pendaki gunung
berpengalaman sekalipun adalah mengenakan celana atau jaket dari bahan
jeans. Bahan ini memang nampak kuat dan praktis, tetapi sulit sekali
kering apabila basah. Kalau sudah basah celana atau jaket jeans menjadi
lebih berat lagi. Suhu udara di gunung yang dingin akan terasa lebih
dingin lagi kalau kita memakai pakaian dari bahan jeans.
Selain pakaian untuk jalan, pendaki gunung juga memerlukan pakaian untuk
menghangatkan badan, terutama ketika sedang berhenti atau
berisatirahat. Baju tebal dari wol, misalnya sweater, merupakan pilihan
yang cukup baik untuk di gunung.
Pakaian atau jaket hangat lainnya yang hanya terdapat di pasaran juga
baik, asal sudah diperhitungkan kemampuannya untuk menghangatkan badan.
Kalau perlu, bawalah beberapa pakaian hangat sekaligus, tentu dengan
memperhatikan masalah praktisnya. Masalah yang lain yang harus
diperhatikan adalah usaha untuk menjaga agar pakaian dalam ransel tidak
basah oleh hujan. Pergunakanlah kantung plastik yang besar untuk
membungkus pakaianpakaian itu. Kalau perlu gunakan beberapa kantung
plastik sekaligus. Jangan membiarkan pakaian-pakaian itu basah. Gunung -
gunung di Indonesia biasanya curah hujannya tinggi. Perlengkapan untuk
menahan hujan menjadi begitu penting disini. Banyak kecelakaan di
Indonesia pada dasarnya berpangkal dari perlengkapan hujan yang tidak di
bawa. Kematian yang mengakhiri kisah perjalanan di gunung kebanyakan
karena kelalaian ini, karena si korban tidak mampu menahan dingin karena
kebasahan.
Jaket hujan yang dilengkapi celananya membuat gerakan si pendaki bebas.
Ponco untuk hujan juga pilihan yang baik, karena bisa sekaligus dipakai
untuk menutupi ransel. ponco juga tidak menyebabkan keringat tertahan
sehingga menyebabkan kondensasi di permukaan kulit kita. Lagi pula ponco
bisa dipakai untuk kegunaan lain, seperti bivak, alas tidur atau duduk,
menampung air dan menutupi barang di luar ketika kita sedang
beristirahat di dalam tenda. Pemilihan warna untuk pakaian mendaki
gunung bukan hanya berdasar selera. Untuk memudahkan orang lain melihat
kita, terutama kalau terjadi kecelakaan, dianjurkan pendaki gunung
memakai pakaian yang berwarna mencolok, misalnya merah, kuning atau
oranye. Dengan pertimbangan yang sama, usahakan pula memilih warna yang
mencolok untuk perlengkapan lainnya, seperti ransel, ponco, jaket dan
sebagainya.
TENDA
Seorang pendaki gunung yang seharian penuh berjalan membutuhkan
istirahat yang cukup untuk mengembalikan tenaga. Untuk itu dibutuhkan
tempat istirahat yang nyaman, aman dari gangguan dingin dan hujan. Ceruk
batu atau gua yang kering merupakan tempat yang baik untuk istirahat,
tetapi sayang bentukan alam yang seperti ini sukar dijumpai di gunung.
Pondok dari batang dan ranting pohon dapat saja dibuat, tetapi di gunung
tidak selalu diperoleh bahan-bahannya yang baik. Tenda adalah tempat
yang paling baik bagi pendaki gunung yang lelah. Beberapa hal harus
diperhatikan ketika memilih tenda untuk mendaki gunung. Pertama, tenda
harus terbuat daru abhan yang benar - benar kedap air. Tenda dari kanvas
yang banyak dijual di pinggir pinggir jalan tentu tidak baik untuk
perlengkapan mendaki gunung, karena tenda jenis ini tidak mampu menahan
hujan lebat. Kedua periksalah apakah tenda ini tidak lembab di dalamnya.
Tenda yang terlalu rapat ( tanpa ventilasi ) menyebabkan udara panas di
dalam tenda tertahan sehingga menyebabkan kondensasi, artinya lembab
dan basah. Seperti yang sudah disebutkan, ponco dapat pula dipakai untuk
membuat bivak untuk pengganti tenda. Selain ponco, untuk fungsi yang
sama dapat digunakan lembaran plastik yang lebar. Ponco atau plastik ini
dipakai sebagai atap dengan tiang dari ranting atau batang pohon. Ini
usaha minimal yang praktis dan murah yang bisa dilakukan bila tidak
tersedia tenda.
PERLENGKAPAN TIDUR
Pakaian tebal, terutama dari wol mungkin sudah cukup untuk tidur di
gunung - gunung di Indonesia umumnya. Tetapi ini tergantung pada
masing-masing orang, karena mereka yang terbiasa hidup di daerah panas
tentu tak setahan mereka ynag biasa hidup di daerah dingin. Sarung atau
selimut mungkin cukup hangat untuk di gunung, tetapi penggunaannya masih
kurang praktis. Yang terbaik adalah sarung tidur ( sleeping bag ) yang
mampu menutupi seluruh tubuh dengan baik, kecuali bagian kepala atau
muka. Untuk menutupi bagian kepala, topi dari wol yang disebut balaklava
adalah pililhan yang terbaik. Topi ini bisa menutupi seluruh kepala
sekaligus, kecuali bagian mata dan hidung. Topi jenis ini juga dapat
dilipat - lipat, sehingga kalau perlu bagian yang menutupi muka bisa
dibuka. Hawa dingin dari tanah yang kita tiduri sering kali masih
terasa, kendati sudah memakai kantung tidur. Untuk menanggulanginya,
tanah yang ditiduri dialasi dulu dengan plastik atau daun - daunan.
Matras yang banyak dijual di pasaran akan baik sekali bila digunakan
sebagai alas. Matras yang praktis adalah yang bisa dilipat dan
digelembungkan dengan tiupan mulut. Matras yang terbuat dari karet busa
juga pilihan yang baik karena kemampuannya menyekat hawa dingin dari
tanah, meskipun kurang praktis karena tidak bisa dilipat kecil.
PERLENGKAPAN MASAK
Memasak dengan kayu bakar memang perlu diketahui caranya. akan tetapi
gunung di Indonesia biasanya lembab dan basah, karena curah hujannya
tinggi.. Kayu dari pohon gunung itu umumnya basah, sehingga membuat
perapian dari kayu akan memakan waktu dan tidak jarang menghabiskan
banyak korek api. Untuk menghindarkan dari kemungkinan tak bisa masak
karena tidak ditemukan kayu yang kering, maka sebaiknya pendaki membawa
kompor yang kecil dan praktis.
Di beberapa kota besar di Indonesia bisa diperoleh kompor gas yang kecil
dan sangat praktis untuk perlengkapan mendaki gunung. Dengan beberapa
tabung gas cadangan, penggunaan kompor ini memang sangat membantu. Api
yang dihasilkan oleh kompor ini juga baik sekali, artinya cepat panas
dan tidak mengotori panci. Sayangnya, kompor ini harganya cukup mahal,
lagi pula masih susah mencarinya.
Jenis kompor yang praktis dan banyak di pasaran adalah kompor pompa yang
berisi minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Harga kompor dan bahan
bakarnya relatif murah, lagi pula sangat praktis bila dipakai untuk
perjalanan lama ( seminggu atau lebih ).
Kekurangannya adalah beratnya dan kita pun harus amembawa cadangan
minyak tanah, juga apinya tidak terlalu panas dan menyebabkan panci
kotor dan berkerak. Jangan mengambil resiko dengan membawa korek api
tanpa dibungkus plastik atau terlindung dari kemungkinan basah. Cara
yang terbaik adalah memasukkan batang - batang korek api beserta kertas
pemantikkanya ke dalam tabung bekas film. Tabung ini kedap air, tetapi
tidakl ada salahnya kalau batang-batang kerek api beserta pemantiknya
dibungkus dengan plastik, baru dimauskkan ke dalamnya. Sebagai wadah
untuk memasak, pilihlah panci yang kecil dan praktis.. Di Indonesia,
model panci susun yang disebut nesting merupakan pilihan yang tebaik.
Dengan prinsip yang sama, yaitu kecil dan praktis, pilih juga cangkir,
sendok dan pisau. jangan lupa membawa botol air dari logam atau plastik.
Gunung tidak selalu menjanjikan air yang cukup di sepanjang perjalanan
menuju puncaknya.
MAKANAN
Makanan yang praktis buat mendaki gunung adalah makanan yang siap pakai (
instan ). Makanan jenis ini cepat masaknya, sehingga banyak waktu dan
bahan bakar yang dapat dihemat. Kebiasaan makan nasi di gunung harus
dikurangi, kalau bisa ditinggalkan untuk sementara. Masalahnya memasak
nasi membutuhkan waktu yang lama, sehingga menghabiskan banyak bahan
bakar. Fungsi beras bisa digantikan dengan makanan siap pakai yang
banyak mengandung hidrat arang, misalnya mie instant, biskuit, roti,
coklat dan sebagainya. Pengaturan makanan seaiknya mempertimbangkan
kemudahan - kemudahan, terutama ketika sedang dalam perjalanan. Makan
pagi harus diusahakan terdiri dari makanan yang mudah masak dan hangat,
misalnya Supermie atau havermouth. Ini berdasarkan pertimbangan bahwa
perjalanan hari itu harus dimulai sepagi mungkin, menjaga kemungkinan
cuaca buruk yang bisa datang sewaktu - waktu.. Untuk makan siang,
sebaiknya tidak mengeluarkan makanan yang harus dimasak terlebih dulu,
karena hal ini akan memakan waktu yang lama. Meskipun demikian makanan
ini harus tetap mengandung hidrat arang yang cukup, misalnya saja
coklat, biskuit atau roti. Barulah pada waktu makan malam kita memasak
makanan sepuasnya, karena saat itu sedang beristirahat dan punya banyak
waktu.
PERLENGKAPAN LAIN
Selain obat - obatan pribadi, setiap kelompok mendaki gunung harus
membawa perlengkapan P3K. Perlengkapan lain adalah senter, parang,
kompas, altimeter dan pete. Tentu saja perlengkapan lainnya masih ada,
tetapi minimal perlengkapan di atas sudah mencukupi.
DAFTAR PERLENGKAPAN
Biasanya membuat daftar perlengkapan sebagai usaha untuk mengecek (
check list) kekurangan - kekurangan yang mungkin ada. Setiap orang
mempunyai perlengkapan yang mungkin berbeda, tetapi fungsinya bisa sama.
Karena itu daftar perlengkapan setiap orang juga bisa berbeda. Sebagai
patokan minimall, daftar perlengkapan di bawah ini bisa di gunakan :
1. ransel
2. sepatu mendaki
3. kaus kaki ( dengan cadangannya )
4. celana untuk jalan
5. celana untuk tidur
6. baju untuk jalan
7. baju untuk tidur ( sweater, baju wol dsb )
8. kantung palstik besar ( untukmembungkus pakaian )
9. balaklava
10. ponco / jaket hujan
11. senter ( berikut baterai cadangan )
12. botol air
13. golok dan pisau
14. peta
15. kompas dan altimeter
16. buku catatan dan ballpoint
17. tenda atau plastik untuk bivak
18. kantung tidur
19. alas tidur ( matras tiup atau matras karet busa )
20. kompor dan minyak tanah ( atau kompor gas )
21. panci / nesting
22. korek api
23. sendok dan cangkir
24. makanan
25.perlengkapan dan obat P3K
PERSIAPAN FISIK
Selain peralatan, persiapan yang tak kalah penting untuk mendaki gunung
adalah persiapan fisik atu kesegaran jasmani. Dasar yang paling penting
bagi pendaki gunung adalah tenaga aerobik, sebab kegiatannya sangat
dipengaruhi oleh transport oksigen melalui peredaran darah kepada otot -
otot badan. Untuk ini, seorang pendaki gunung harus melakukan latihan -
latihan aerobik seara teratur, yaitu lari atau berspeda. Selain
aerobik, perlu juga dilatih kekuatan dan ketahanan otot, terutama otot -
otot yang banyak digunakan dalam mendaki gunung. Otot - otot itu adalah
bahu, punggung, pinggang dan kaki. Untuk itu, pendaki gunung harus pula
melatih berlatih dengan menggunakan beban seperti mengangkat barbel dan
sejenisnya.
PENGETAHUAN MEDAN
Untuk menguasai medan yang akan dihadapi, seorang pendaki gunung harus
menguasai pengetahuan membaca peta dan menggunakan kompas serta
altimeter. Pokok penting adalah membayangkan bentukan gunung itu melalui
garis - garis kontur yang ada di peta. Dengan melihat garis - garis
kontur itu, kita bisa membayangkan medan di gunung yang berupa
pegunungan, lembah, sadel, tebing curam, puncak dan sebagainya. Sebuah
lintasan yang aman kemudian direncanakan dengan memperhatikan garis -
garis kontur itu. Cara lain untuk mengetahui medan yang akan dihadapi
adalah dengan bertanya pada orang - orang yang pernah mendaki gunung
bersangkutan. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikutsertakan orang
yang pernah mendaki gunung itu bersama kita, misalnya penduduk sebagai
petunjuk jalan. Tak ada gunanya malu atau segan membawa petunjuk jalan
Memperkirakan waktu pendakian perlu juga dilakukan. Ini terutama berguna
untuk persiapan makanan. di jalan datar, jarak empat atau lima
kilometer dapat ditempuh dalam waktu satu jam. Di gunung, perhitungan
seperti itu tidak berlaku. Mungkin perbedaan ketinggian merupakan satu
cara yang lebih baik untuk memperhitungkan waktu tempuh suatu pendakian,
kendati masih tergantung pada tingkat kecuraman gunung tersebut.
Sebagai patokan, perbedaan tinggi 100 sampai 500 meter rata-rata dapat
ditempuh selama satu jam.