Tips Pendakian Gunung Oleh Norman Edwin

By Unknown Jumat, 05 Juli 2013 0 comments

Seorang pendaki gunung pada dasarnya menghadapi dua jenis rintangan ketika melakukan kegiatannya. Rintangan yang pertama sifatnya ekstern, artinya datang dari obyek yang sedang dihadapi. Obyek itu adalah gunung, dan rintangan yang dihadapi berupa cuaca atau medan berat. Bahaya yang ditimbulkannya disebut bahaya obyek ( objective danger ).

Rintangan jenis kedua sifatnya intern, yaitu datang dari si pendaki gunung itu sendiri. Kalau si pendaki gunung itu tidak mempersiapkan diri dengan baik, maka rintangan itu datang dari dirinya sendiri. Bahaya timbul disebut bahaya subyek ( subjective danger ).


Di Indonesia, bahaya obyek bagi pendaki gunung secara umum tidak terlalu besar. Keterjalan gunung - gunungnya relatif tak seberapa, cuacanya pun hanya dipengaruhi oleh dua musim, musim kering dan musim hujan. Suhu udara tidak terlalu dingin, terutama dibandingkan dengan gunung - gunung di daerah subtropis. kalau akhir - akhir ini terlansir berita mengenai kecelakaan di gunung, maka kesalahan banyak dilakukan oleh si pendaki, dari banyak segi masih belum memadai. perlengkapan mendaki gunung adalah pokok pemikiran pertama bagi setiap pendaki gunung.

Gunung dengan segala aspeknya merupakan lingkungan yang asing bagi organ tubuh kita, lebih - lebih bagi mereka yang hidup di dataran rendah. Itulah sebabnya mengapa kita memerlukan perlengkapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di gunung. Perlengkapan yang baik adalah salah satu usaha untuk mengurangi bahaya di gunung, baik obyek maupun subyek.

SEPATU
Kegiatan utama dalam mendaki gunung adalah berjalan. Ini berarti perlindungan terhadap kaki harus benar-benar diperhatikan. kaki harus terlindung dari kemungkinan terluka karena duri atau batu yang terdapat di sepanjang perjalanann. Sepasang sepatu yang baiklah yang akan melindungi kaki yang gemar berjalan. Hal pertama yang harusa diperhatikan ketika memilih sepatu untuk mendaki gunung adalah solnya. Jangan memilih sepatu yang mudah tergelincir, misalnya karena solnya dari kulit. Pilihlah sepatu yang solnya dari karet atau sintetis, terutama yang memakai tumit. Sol karet dengan kembang yang besar akn membantu kaki menunjang badan dengan baik di gunung. Di Indonesia, sepatu tentara yang banyak di jual di pasaran merupakan pilihan yang cukup baik untuk mendaki gunung.


RANSEL
Memang banyak cara yang bisa dipakai untuk membawa barang yang diperlukan untuk mendaki gunung. Bagi yang sudah terbiasa, beban yang berat bisa dipikul atau dicangking di sebelah bahu dengan tas biasa. Tetapi bagi yang tak biasa, beban berat yang jatuh di pinggang atau ditahan oleh sebelah bahu akan sangat menyiksa. Untuk mereka, ransel merupakan wadah yang baik untuk barang - barang yang diperlukan di gunung. Dengan ransel, beban akan ditahan oleh kedua bahu secara merata. Titik berat beban itu jatuh di tulang yang kuat, yaitu tulang belakang. Berat beban di dalam ransel akan ditahan secara sempurna oleh kedua bahu kalau pengepakan barang - barangnya tepat. Barang yang paling berat harus diletakkan di bagian atas. Hal ini penting dilakukan agar berat keseluruhan beban di rasnel itu tidak jatuh di pinggang atau punggung. Dengan berpegang pada prinsip di atas, maka fungsi ransel sebagai pembawa beban akan tercapai dengan baik.



PAKAIAN
Pakaian dari bahan katun cukup baik untuk mendaki gunung, terutama karena kemampuannya menyerap keringat. Sayangnya pakaian dari bahan ini tidak mampu menjaga badan agar tetap hangat apabila basah, misalnya dalam keringat. Karena itu, seorang pendaki gunung harus amembawa pula pakaian cadangan secukupnya. Bahan yang paling baik untuk pakaian mendaki gunung adalah wol. Bahan ini masih mampu menjaga kehangatan badan kendati basah, juga cepat mengering kembali.


Kesalahan yang paling mendasar yang dilakukan pendaki gunung berpengalaman sekalipun adalah mengenakan celana atau jaket dari bahan jeans. Bahan ini memang nampak kuat dan praktis, tetapi sulit sekali kering apabila basah. Kalau sudah basah celana atau jaket jeans menjadi lebih berat lagi. Suhu udara di gunung yang dingin akan terasa lebih dingin lagi kalau kita memakai pakaian dari bahan jeans.
Selain pakaian untuk jalan, pendaki gunung juga memerlukan pakaian untuk menghangatkan badan, terutama ketika sedang berhenti atau berisatirahat. Baju tebal dari wol, misalnya sweater, merupakan pilihan yang cukup baik untuk di gunung.


Pakaian atau jaket hangat lainnya yang hanya terdapat di pasaran juga baik, asal sudah diperhitungkan kemampuannya untuk menghangatkan badan. Kalau perlu, bawalah beberapa pakaian hangat sekaligus, tentu dengan memperhatikan masalah praktisnya. Masalah yang lain yang harus diperhatikan adalah usaha untuk menjaga agar pakaian dalam ransel tidak basah oleh hujan. Pergunakanlah kantung plastik yang besar untuk membungkus pakaianpakaian itu. Kalau perlu gunakan beberapa kantung plastik sekaligus. Jangan membiarkan pakaian-pakaian itu basah. Gunung - gunung di Indonesia biasanya curah hujannya tinggi. Perlengkapan untuk menahan hujan menjadi begitu penting disini. Banyak kecelakaan di Indonesia pada dasarnya berpangkal dari perlengkapan hujan yang tidak di bawa. Kematian yang mengakhiri kisah perjalanan di gunung kebanyakan karena kelalaian ini, karena si korban tidak mampu menahan dingin karena kebasahan.


Jaket hujan yang dilengkapi celananya membuat gerakan si pendaki bebas. Ponco untuk hujan juga pilihan yang baik, karena bisa sekaligus dipakai untuk menutupi ransel. ponco juga tidak menyebabkan keringat tertahan sehingga menyebabkan kondensasi di permukaan kulit kita. Lagi pula ponco bisa dipakai untuk kegunaan lain, seperti bivak, alas tidur atau duduk, menampung air dan menutupi barang di luar ketika kita sedang beristirahat di dalam tenda. Pemilihan warna untuk pakaian mendaki gunung bukan hanya berdasar selera. Untuk memudahkan orang lain melihat kita, terutama kalau terjadi kecelakaan, dianjurkan pendaki gunung memakai pakaian yang berwarna mencolok, misalnya merah, kuning atau oranye. Dengan pertimbangan yang sama, usahakan pula memilih warna yang mencolok untuk perlengkapan lainnya, seperti ransel, ponco, jaket dan sebagainya.

TENDA
Seorang pendaki gunung yang seharian penuh berjalan membutuhkan istirahat yang cukup untuk mengembalikan tenaga. Untuk itu dibutuhkan tempat istirahat yang nyaman, aman dari gangguan dingin dan hujan. Ceruk batu atau gua yang kering merupakan tempat yang baik untuk istirahat, tetapi sayang bentukan alam yang seperti ini sukar dijumpai di gunung.

Pondok dari batang dan ranting pohon dapat saja dibuat, tetapi di gunung tidak selalu diperoleh bahan-bahannya yang baik. Tenda adalah tempat yang paling baik bagi pendaki gunung yang lelah. Beberapa hal harus diperhatikan ketika memilih tenda untuk mendaki gunung. Pertama, tenda harus terbuat daru abhan yang benar - benar kedap air. Tenda dari kanvas yang banyak dijual di pinggir pinggir jalan tentu tidak baik untuk perlengkapan mendaki gunung, karena tenda jenis ini tidak mampu menahan hujan lebat. Kedua periksalah apakah tenda ini tidak lembab di dalamnya. Tenda yang terlalu rapat ( tanpa ventilasi ) menyebabkan udara panas di dalam tenda tertahan sehingga menyebabkan kondensasi, artinya lembab dan basah. Seperti yang sudah disebutkan, ponco dapat pula dipakai untuk membuat bivak untuk pengganti tenda. Selain ponco, untuk fungsi yang sama dapat digunakan lembaran plastik yang lebar. Ponco atau plastik ini dipakai sebagai atap dengan tiang dari ranting atau batang pohon. Ini usaha minimal yang praktis dan murah yang bisa dilakukan bila tidak tersedia tenda.

PERLENGKAPAN TIDUR

Pakaian tebal, terutama dari wol mungkin sudah cukup untuk tidur di gunung - gunung di Indonesia umumnya. Tetapi ini tergantung pada masing-masing orang, karena mereka yang terbiasa hidup di daerah panas tentu tak setahan mereka ynag biasa hidup di daerah dingin. Sarung atau selimut mungkin cukup hangat untuk di gunung, tetapi penggunaannya masih kurang praktis. Yang terbaik adalah sarung tidur ( sleeping bag ) yang mampu menutupi seluruh tubuh dengan baik, kecuali bagian kepala atau muka. Untuk menutupi bagian kepala, topi dari wol yang disebut balaklava adalah pililhan yang terbaik. Topi ini bisa menutupi seluruh kepala sekaligus, kecuali bagian mata dan hidung. Topi jenis ini juga dapat dilipat - lipat, sehingga kalau perlu bagian yang menutupi muka bisa dibuka. Hawa dingin dari tanah yang kita tiduri sering kali masih terasa, kendati sudah memakai kantung tidur. Untuk menanggulanginya, tanah yang ditiduri dialasi dulu dengan plastik atau daun - daunan. Matras yang banyak dijual di pasaran akan baik sekali bila digunakan sebagai alas. Matras yang praktis adalah yang bisa dilipat dan digelembungkan dengan tiupan mulut. Matras yang terbuat dari karet busa juga pilihan yang baik karena kemampuannya menyekat hawa dingin dari tanah, meskipun kurang praktis karena tidak bisa dilipat kecil.

PERLENGKAPAN MASAK

Memasak dengan kayu bakar memang perlu diketahui caranya. akan tetapi gunung di Indonesia biasanya lembab dan basah, karena curah hujannya tinggi.. Kayu dari pohon gunung itu umumnya basah, sehingga membuat perapian dari kayu akan memakan waktu dan tidak jarang menghabiskan banyak korek api. Untuk menghindarkan dari kemungkinan tak bisa masak karena tidak ditemukan kayu yang kering, maka sebaiknya pendaki membawa kompor yang kecil dan praktis.


Di beberapa kota besar di Indonesia bisa diperoleh kompor gas yang kecil dan sangat praktis untuk perlengkapan mendaki gunung. Dengan beberapa tabung gas cadangan, penggunaan kompor ini memang sangat membantu. Api yang dihasilkan oleh kompor ini juga baik sekali, artinya cepat panas dan tidak mengotori panci. Sayangnya, kompor ini harganya cukup mahal, lagi pula masih susah mencarinya.


Jenis kompor yang praktis dan banyak di pasaran adalah kompor pompa yang berisi minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Harga kompor dan bahan bakarnya relatif murah, lagi pula sangat praktis bila dipakai untuk perjalanan lama ( seminggu atau lebih ).
Kekurangannya adalah beratnya dan kita pun harus amembawa cadangan minyak tanah, juga apinya tidak terlalu panas dan menyebabkan panci kotor dan berkerak. Jangan mengambil resiko dengan membawa korek api tanpa dibungkus plastik atau terlindung dari kemungkinan basah. Cara yang terbaik adalah memasukkan batang - batang korek api beserta kertas pemantikkanya ke dalam tabung bekas film. Tabung ini kedap air, tetapi tidakl ada salahnya kalau batang-batang kerek api beserta pemantiknya dibungkus dengan plastik, baru dimauskkan ke dalamnya. Sebagai wadah untuk memasak, pilihlah panci yang kecil dan praktis.. Di Indonesia, model panci susun yang disebut nesting merupakan pilihan yang tebaik. Dengan prinsip yang sama, yaitu kecil dan praktis, pilih juga cangkir, sendok dan pisau. jangan lupa membawa botol air dari logam atau plastik. Gunung tidak selalu menjanjikan air yang cukup di sepanjang perjalanan menuju puncaknya.

MAKANAN

Makanan yang praktis buat mendaki gunung adalah makanan yang siap pakai ( instan ). Makanan jenis ini cepat masaknya, sehingga banyak waktu dan bahan bakar yang dapat dihemat. Kebiasaan makan nasi di gunung harus dikurangi, kalau bisa ditinggalkan untuk sementara. Masalahnya memasak nasi membutuhkan waktu yang lama, sehingga menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras bisa digantikan dengan makanan siap pakai yang banyak mengandung hidrat arang, misalnya mie instant, biskuit, roti, coklat dan sebagainya. Pengaturan makanan seaiknya mempertimbangkan kemudahan - kemudahan, terutama ketika sedang dalam perjalanan. Makan pagi harus diusahakan terdiri dari makanan yang mudah masak dan hangat, misalnya Supermie atau havermouth. Ini berdasarkan pertimbangan bahwa perjalanan hari itu harus dimulai sepagi mungkin, menjaga kemungkinan cuaca buruk yang bisa datang sewaktu - waktu.. Untuk makan siang, sebaiknya tidak mengeluarkan makanan yang harus dimasak terlebih dulu, karena hal ini akan memakan waktu yang lama. Meskipun demikian makanan ini harus tetap mengandung hidrat arang yang cukup, misalnya saja coklat, biskuit atau roti. Barulah pada waktu makan malam kita memasak makanan sepuasnya, karena saat itu sedang beristirahat dan punya banyak waktu.

PERLENGKAPAN LAIN

Selain obat - obatan pribadi, setiap kelompok mendaki gunung harus membawa perlengkapan P3K. Perlengkapan lain adalah senter, parang, kompas, altimeter dan pete. Tentu saja perlengkapan lainnya masih ada, tetapi minimal perlengkapan di atas sudah mencukupi.

DAFTAR PERLENGKAPAN

Biasanya membuat daftar perlengkapan sebagai usaha untuk mengecek ( check list) kekurangan - kekurangan yang mungkin ada. Setiap orang mempunyai perlengkapan yang mungkin berbeda, tetapi fungsinya bisa sama. Karena itu daftar perlengkapan setiap orang juga bisa berbeda. Sebagai patokan minimall, daftar perlengkapan di bawah ini bisa di gunakan :


1. ransel
2. sepatu mendaki
3. kaus kaki ( dengan cadangannya )
4. celana untuk jalan
5. celana untuk tidur
6. baju untuk jalan
7. baju untuk tidur ( sweater, baju wol dsb )
8. kantung palstik besar ( untukmembungkus pakaian )
9. balaklava
10. ponco / jaket hujan
11. senter ( berikut baterai cadangan )
12. botol air
13. golok dan pisau
14. peta
15. kompas dan altimeter
16. buku catatan dan ballpoint
17. tenda atau plastik untuk bivak
18. kantung tidur
19. alas tidur ( matras tiup atau matras karet busa )
20. kompor dan minyak tanah ( atau kompor gas )
21. panci / nesting
22. korek api
23. sendok dan cangkir
24. makanan
25.perlengkapan dan obat P3K


PERSIAPAN FISIK

Selain peralatan, persiapan yang tak kalah penting untuk mendaki gunung adalah persiapan fisik atu kesegaran jasmani. Dasar yang paling penting bagi pendaki gunung adalah tenaga aerobik, sebab kegiatannya sangat dipengaruhi oleh transport oksigen melalui peredaran darah kepada otot - otot badan. Untuk ini, seorang pendaki gunung harus melakukan latihan - latihan aerobik seara teratur, yaitu lari atau berspeda. Selain aerobik, perlu juga dilatih kekuatan dan ketahanan otot, terutama otot - otot yang banyak digunakan dalam mendaki gunung. Otot - otot itu adalah bahu, punggung, pinggang dan kaki. Untuk itu, pendaki gunung harus pula melatih berlatih dengan menggunakan beban seperti mengangkat barbel dan sejenisnya.

PENGETAHUAN MEDAN

Untuk menguasai medan yang akan dihadapi, seorang pendaki gunung harus menguasai pengetahuan membaca peta dan menggunakan kompas serta altimeter. Pokok penting adalah membayangkan bentukan gunung itu melalui garis - garis kontur yang ada di peta. Dengan melihat garis - garis kontur itu, kita bisa membayangkan medan di gunung yang berupa pegunungan, lembah, sadel, tebing curam, puncak dan sebagainya. Sebuah lintasan yang aman kemudian direncanakan dengan memperhatikan garis - garis kontur itu. Cara lain untuk mengetahui medan yang akan dihadapi adalah dengan bertanya pada orang - orang yang pernah mendaki gunung bersangkutan. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikutsertakan orang yang pernah mendaki gunung itu bersama kita, misalnya penduduk sebagai petunjuk jalan. Tak ada gunanya malu atau segan membawa petunjuk jalan


Memperkirakan waktu pendakian perlu juga dilakukan. Ini terutama berguna untuk persiapan makanan. di jalan datar, jarak empat atau lima kilometer dapat ditempuh dalam waktu satu jam. Di gunung, perhitungan seperti itu tidak berlaku. Mungkin perbedaan ketinggian merupakan satu cara yang lebih baik untuk memperhitungkan waktu tempuh suatu pendakian, kendati masih tergantung pada tingkat kecuraman gunung tersebut. Sebagai patokan, perbedaan tinggi 100 sampai 500 meter rata-rata dapat ditempuh selama satu jam. Sharing is sexy

Related posts

0 komentar for this post

Leave a reply